Kisah Tragis Manusia Penentang Dakwah Rasulullsah Muhammad Saw

Pangkalpinang warta-one.com — Nabi Muhammad saw memiliki empat orang paman yang masing-masing berbeda nasib. Dua pamannya yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib dan Al-Abbas bin Abdul Muthalib ra sudah masuk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasulullah saw, Selasa 31 Mei 2023.

Dilansir akuratdotco, disebutkan sedangkan Abu Thalib bin Abdul Muthalib meski dirinya tidak masuk Islam, tetapi ia senantiasa menyayangi, merawat, melindungi, menjaga dan tidak menentang ajaran Rasulullah saw.

Sementara paman Nabi yang terakhir, yang bernama Abu Lahab sangat menentang dakwah Nabi bahkan selalu berniat mencelakainya.

Abu Lahab sendiri memiliki nama asli Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Namun, karena kekafirannya dan perilakunya yang melampaui batas, ia kemudian mendapat nama Lahab yang berarti api.

Sungguh predikat yang sangat menyedihkan untuk seseorang yang notabene keluarga Rasulullah saw.

Kisah Abu Lahab yang berakhir tragis tersebut diabadikan Allah Swt dalam salah satu firman-Nya QS. Al-Lahab: 1-5.

Diceritakan, Abu Lahab merupakan sosok yang memiliki paras rupawan, kecerdasan tingkat tinggi, kekayaan, serta jabatan terpandang di kalangan suku Quraisy.

Beberapa ulama ahli tafsir mengatakan bahwa kebencian Abu Lahab tersebut imbas dari persaingan dengan Abu Thalib karena menjadi kepala Bani Hasyim dan melindungi Nabi saw.

Abu Lahab merasa dirinya yang lebih pantas sehingga rebutan jabatan itu menjadikannya benci dengan Nabi Muhammad saw.

Kekayaan yang dimiliki Abu Lahab pun tidak perlu ditanyakan lagi. Berkat bisnis dan usahanya yang luar biasa, hartanya kian melimpah di mana-mana.

Abu Lahab tak sendirian. Istrinya yang bernama Ummu Jamil Aura’ juga turut membenci Nabi Muhammad saw. Bahkan, suatu ketika ia pernah meletakkan duri dan kayu di jalan yang biasa dilalui Nabi untuk mencelakainya.

Atas perangainya yang keterlaluan terhadap keponakannya sendiri, kisah Ummu Jamil Aura’ diabadikan Allah dalam QS Al-Masad dengan julukan sebagai perempuan pembawa kayu bakar.

Di akhir hayatnya, Abu Lahab harus meninggal dalam keadaan kafir dan memprihatinkan. Ia mengidap penyakit kulit (bisul) di sekujur tubuhnya yang membuat orang-orang di sekitarnya enggan mengurus jasadnya.

Bahkan jenazah Abu Lahab sempat terlantar selama tiga hari sebelum akhirnya pihak keluarga menguburkannya dengan cara yang tidak lazim.

Tubuh Abu Lahab dimasukkan ke dalam lubang tanah dengan cara didorong menggunakan kayu lalu jasadnya dilempari batu kerikil hingga terpendam.

Dengan kisah di atas, kita dapat mengambil beberapa hikmah bahwa kecerdasan, harta, takhta harus dimanfaatkan dalam kebaikan bukan malah mendatangkan kekafiran.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim). (*)

Exit mobile version